Pemimpin yang Memimpin

 Disclaimer : Tulisan ini adalah repost dari tulisan saya di platform kumparan


Ilustrasi Kepemimpinan. Sumber : google.com


Banyak orang yang ingin menjadi pemimpin. Menjadi pemimpin sangat istimewa, karena memiliki kekuasaan dan sumber daya yang besar, yang tidak dimiliki oleh orang yang bukan pemimpin. Keistimewaan itu diberikan karena tanggung jawab yang dipikul juga besar. Sehingga, posisi pemimpin begitu menggoda sekaligus bisa menjadi sasaran tembak. Pujian dan kritik adalah atribut yang melekat bagi pemimpin. Dia dipuji bila berhasil dan dikritik atau bahkan dihujat jika dianggap gagal. Dan pemimpin yang baik seharusnya tidak haus akan pujian dan tidak juga anti kritik.

Pujian dapat memabukkan pemimpin yang dapat mengakibatkan pemimpin lupa diri akan tanggung jawabnya. Disisi lain, kritik bisa menjadi obat pahit yang dapat membantu menyembuhkan pemimpin yang sedang “sakit”. Respon pemimpin terhadap pujian dan kritik menunjukkan kelas kepemimpinannya. Baik atau buruknya suatu organisasi, dipengaruhi oleh kualitas kepemimpinan sang pemimpin. Karena, ikan yang busuk umumnya berasal dari pembusukan bagian kepala bukan ekor.

Menjadi pemimpin mungkin mudah bagi beberapa orang. Tetapi, apakah mampu memimpin atau tidak, merupakan persoalan yang sulit untuk dibuktikan. Kenyataan yang sering terjadi menunjukkan bahwa banyak pemimpin tetapi tidak memimpin. Statusnya saja pemimpin tetapi tidak ada kepemimpinan. Tugas dan tanggung jawabnya untuk memimpin tidak terlihat. Mengapa banyak pemimpin yang gagap dan gagal dalam memimpin?.

Banyak yang salah kaprah, memaknai pemimpin sebatas status dan jabatan. Padahal esensi pemimpin bukanlah demikian. Pemimpin adalah ia yang sudah selesai dengan kepentingannya sendiri. Artinya, pemimpin tidak lagi mengutamakan dirinya tetapi orang yang dipimpinnya. Dengan kata lain, pemimpin harus memiliki sikap hati yang melayani. Dan itu bagian tersulitnya. Karena, manusia pada dasarnya adalah makhluk hidup yang egois.

Memimpin berbicara tentang kepercayaan. Seorang pemimpin diberi mandat atau kepercayaan karena dianggap mampu. Kepercayaan itu hanya bisa dibangun dengan integritas bukan kata- kata atau orasi. Tidak mungkin pemimpin bisa dipercaya jika tidak memiliki integritas. Bila perkataan dan perbuatannya tidak satu maka akan sangat sulit orang percaya dengan semua kebijakan atau tindakannya. Bila sudah tidak memiliki integritas, maka kepemimpinan sudah tidak ada artinya. Krisis kepemimpinan selalu dimulai dari miskinnya integritas sang pemimpin. Persoalan terbesar dalam kepemimpinan masa kini adalah tidak adanya keteladanan. Ketiadaan keteladanan karena tidak adanya integritas sang pemimpin.

Memimpin adalah jalan penderitaan. Pemimpin harus siap sedia mengabaikan dirinya sendiri dan mengalami kesepian. Beban yang tidak ingin dipikul oleh setiap orang. Dan itu mustahil bisa dijalani oleh pemimpin yang instan dan karbitan. Pemimpin yang demikian hanya mau enaknya saja. Pemimpin yang instan dan karbitan pasti hanya bisa marah dan bersikap seperti boss.

Pemimpin dibentuk bukan asal jadi. Memang, ada orang yang memiliki bakat memimpin, tetapi bakat itu akan maksimal bila ditempa dan dibentuk. Dan proses pembentukan itu terkadang butuh proses yang tidak pendek dan tidak mudah. Calon- calon pemimpin perlu belajar dari pemimpin besar yang pernah ada, seperti Abraham Lincoln, Winston Churchill, F.D Roosevelt dan lain sebagainya. Tiga orang pemimimpin dengan segala kelebihan dan kekurangannya, memiliki pengalaman hidup yang mirip sebelum menjadi pemimpin. Mereka mengalami kesukaran sebelum dan ketika memimpin. Masa sulit itu telah menempa kepemimpinan mereka menjadi lebih baik.

F.D Roosevelt (FDR) mengalami kelumpuhan karena penyakit polio. Dia sempat stress dan frustasi karena kelumpuhannya. Penyakit yang dideritanya membuatnya minder dan rendah diri dan sempat mengurungkan niatnya untuk menekuni politik yang dicintainya. Namun, pengalaman hidup selama rehabilitasi di Warm Spring dan dukungan istrinya telah mengubah hidupnya. Pada akhirnya FDR kembali ke dunia politik dan menjadi Presiden Amerika Serikat (AS). FDR dicatat sejarah sebagai pemimpin AS yang berhasil membawa AS melewati Great Depression dan perang dunia kedua, yang mengubah AS menjadi negara adidaya.

Sebelum menjadi presiden AS, Abraham Lincoln berkali- kali gagal dalam pencalonan dan mengalami kebangkrutan finansial. Masa kecilnya pun sangat sulit dan puncaknya yaitu ditinggal oleh orang tuanya karena meninggal dunia. Ia bahkan mengalami depresi hampir sepanjang hidupnya. Saat terpilih menjadi presiden pun, ia sedang memimpin negara yang sedang mengalami kekacauan. Namun, hidupnya yang pahit telah membentuk Abraham Lincoln sebagai salah satu presiden yang paling dihormati sepanjang sejarah AS. Abraham Lincoln dipuji karena berhasil mengakhiri perang saudara dan menghentikan praktek perbudakan orang kulit hitam.

Calon pemimpin atau bagi siapapun yang ingin menjadi pemimpin perlu memberikan dirinya ditempa dan dibentuk. Tidak harus mengalami kesukaran dan kebangkrutan, bisa melalui banyak cara. Proses ditempa dan dibentuk akan memurnikan motif dan kualitas kepemimpinan. Dan melalui itu jugalah kepemimpinan kelak akan diuji.

Krisis adalah ujian bagi kualitas kepemimpinan. Winston Churchill, Perdana Menteri Inggris membuktikan hal tersebut. Dibawah bayang- bayang dan tekanan Jerman di masa perang dunia kedua, ditambah desakan dari oposisi di parlemen, sang perdana menteri membuktikan kelas kepemimpinannya. Pembicaraannya dengan rakyat di dalam kereta api memberi semangat dan energi baru dalam menjalani tugasnya memimpin kabinet perang.  Dia dengan keahlian orasinya berhasil meyakinkan parlemen dan kerajaan untuk tidak menyerah kepada Jerman. Kualitas kepemimpinannya teruji dalam krisis.

Pemimpin adalah orang yang memimpin. Memimpin adalah mempengaruhi. Selain integritas, pengaruh seorang pemimpin berasal dari visinya. Visi adalah imajinasi atau penglihatan seorang pemimpin tentang masa depan atau tujuan yang ingin dicapai. Visi pemimpin lahir melalui kehidupannya dan buku yang dibaca. Kehidupan yang dilalui pemimpin atau yang dilihat, dirasakan dan direnungkan, dapat mengilhami pemimpin untuk melakukan perubahan. Buku yang dibaca pemimpin membentuk pribadi dan memperkaya pikiran pemimpin untuk mencapai tujuan kepemimpinan. Tanpa itu, yang ada hanyalah angan- angan atau khayalan semata. Karena visilah yang menggerakan pemimpin. Tanpa visi, pemimpin tidak akan mampu membawa kemajuan. Tanpa memiliki visi, pemimpin buta dan tidak memiliki tujuan untuk memimpin. Kepemimpinan tidak akan efektif apabila tidak memiliki integritas, sikap melayani dan visioner.





Komentar