MEMAKNAI HUKUM TABUR & TUAI DENGAN BENAR



        Dalam konteks ajaran kristen hukum tabur dan tuai termasuk salah satu ajaran yang cukup banyak menarik perhatian. Tidak jarang juga hukum tabur dan tuai banyak menimbulkan kontroversi karena cara pandang dan tafsir yang berbeda dari setiap orang yang memaknainya. Dalam Galatia 6:7 dikatakan, “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Banyak orang memahami hukum tabur dan tuai dengan seperti ini : jika kita berbuat baik maka kita akan menerima yang baik begitu juga sebaliknya. Makna tersebut memang tidak sepenuhnya salah. Namun, benarkah demikian makna yang sesungguhnya? Bagaimana dengan ayat Alkitab dalam Matius 6:33 yang sangat populer dan sering dijadikan “mantra” banyak orang? Dalam Matius 6:33 dikatakan “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”. Benarkah Allah mengajarkan kepada kita untuk berbuat baik dan hidup “saleh” supaya kita menerima ganjaran atas semuanya?. Sadar atau tidak sadar sering kali kita salah memaknai hukum tabur dan tuai ini dalam kehidupan sehari- hari. Seringkali juga kita tidak utuh memahaminya sehingga salah dalam menerapkannya dalam kehidupan kita.
Ayat lain yang memiliki “makna” yang sama tertulis dalam 2 Korintus 9:6, “Camkanlah ini: orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga”. Jerry Bridges dalam bukunya Disiplin Anugerah menulis bahwa hari terburuk anda takkan pernah sedemikian buruk sehingga anda berada di luar jangkauan anugerah Allah. Hari terbaik anda takkan pernah sedemikian baik sehingga anda tidak membutuhkan anugerah Allah. Kita hanya bisa memaknai hukum tabur dan tuai dengan benar dan alkitabiah jika kita menghayati bahwa segala sesuatunya terjadi karena anugerah Allah semata. Segala sesuatu yang kita terima dalam hidup ini bukan karena kita beruntung atau tidak beruntung, bukan juga karena kita sudah berbuat baik atau tidak baik tetapi anugerah!. Anugerah Allahlah yang membuat kita menuai kebaikan dan anugerah Allah jugalah kita dizinkan menuai keburukan sekalipun kita merasa sudah berbuat benar. Jadi, jangan pernah berbuat baik dan merasa sudah menjadi pelaku Firman jika hati kita mengharapkan imbalan!. Karena itu sama dengan kemunafikan. Hatinya busuk dan menyimpan kejahatan. Tidak heran banyak kita menjadi kecewa dan frustasi karena sudah berbuat baik dan hal- hal rohani tetapi tidak menuai hasilnya untuk kita. Bahkan karena tidak menerima apa- apa, kita berhenti berbuat baik dan benar. Jangan sesat! Allah tahu isi hati kita (motivasi), saat kita berbuat baik dan benar!.
Dalam buku Keajaban Kasih Karunia, penulis terkenal Philip Yancey mengatakan Tidak ada yang bisa kita lakukan untuk membuat Allah lebih mengasihi kita. Tidak ada yang bisa kita lakukan untuk membuat Allah mengurangi kasihNya pada kita. Kita harus sadar bahwa tidak ada cara apapun yang membuat kita merasa diberkati oleh Tuhan. Jadi, jangan pernah berbuat baik dan benar supaya lebih “dikasihi” Allah dan ingin mendapat pengakuan orang lain sebagai manusia “saleh”. Berbuat jahat sekalipun, kasih karunia Allah ada dalam hidup kita.
            Lalu, bagaimana seharusnya memahami dan menerapkan hukum tabur dan tuai ini dengan benar?. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya menjelaskan kepada kita bahwa taburlah kebaikan karena dan untuk Tuhan. Itu adalah tujuannya!. Maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu adalah akibatnya. Apa yang ditambahkan jika kita menabur kebaikan? Itu adalah hak Allah bukan kita yang menentukan!. Sekali lagi, taburlah kebaikan dan kebenaran dengan hati yang murni dengan kasih dan tulus tanpa mengharapkan imbalan dari Allah dan orang lain.
Terakhir, Allah dalam Firman-Nya bersabda apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23).  Kiranya Firman Tuhan itu yang terus ada dalam hati dan pikiran kita saat kita berbuat segala sesuatu untuk Allah dan sesama. Sehingga kita terus memeriksa motivasi (hati),  untuk apa kita berbuat baik?

Tuhan memberkati.

Komentar