MEMAKNAI KEGAGALAN



Gagal. Kayaknya, siapa saja pasti pernah mengalaminya. Apakah itu kecil, sedang atau gagal total. Tapi, sejujurnya tidak ada yang mau gagal, kalau bisa selalu berhasil. Ada efek domino dari kegagalan. Tergantung bagaimana menyikapi kegagalan. Sudah jatu tertimpa tangga lagi. Hmm, sungguh malang nian. Mengakui dan menerima kegagalan sulit. Lebih mudah mengatakan “horee, aku berhasil” bak ayam bertelur satu ribut sekampung. Tapi kalau gagal, cenderung menyalahkan diri sendiri, orang lain, kondisi atau bahkan Tuhan.

Katanya, kalau mau gagal hanya perlu satu cara, kalau mau berhasil harus banyak usaha. Tapi ada yang terkadang tidak habis pikir yaitu banyak usaha belum tentu berhasil. Atau banyak orang bilang itu katanya tergantung takdir atau keberuntungan. Kegagalan seperti hantu. Dia selalu mengintip dari tempat yang gelap. Itulah mengapa kegagalan dibenci dan keberhasilan selalu dipuja.

Orang yang berhasil dikenang tapi orang gagal dilupakan. Kegagalan mendatangkan duka dan kesedihan. Normalnya demikian. Kegagalan sulit dipahami oleh akal sehat. Mengapa? Kok begini? Kenapa gk bisa?. Semua pertanyaan- pertanyaan yang menggugat kegagalan muncul didalam otak.

Ada yang trauma akan kegagalan. Ada juga yang akrab dengannya. Tapi ada juga yang tidak takut dengan kegagalan. Sebagian mungkin menggangap kegagalan adalah kutukan.

Kegagalan adalah wajar. Karena manusia adalah mahkluk yang lemah dan tidak sempurna. Agar tahu artinya bergantung kepada Sang Pencipta. Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Kegagalan adalah pelajaran dan kesempatan untuk belajar. Tidak peduli berapa kali gagal, yang terpenting adalah bangkit setelah mengalami kegagalan. So, gagal? Nothing to lose aja.

Salam.

Komentar