PELAYANAN MAHASISWA ADALAH HARAPAN INDONESIA, MASA DEPANNYA TERLETAK DI TANGAN PEMIMPINNYA



            Judul diatas bukan bermaksud untuk mengecilkan peranan gereja ataupun lembaga pelayanan kristen lainnya. Kalimat diatas lebih merupakan penghayatan saya secara pribadi- yang menikmati anugerah Tuhan melalui pelayanan mahasiswa, ketika merenungkan kalimat dari Bill Hybels yang mengatakan bahwa gereja adalah harapan dunia, masa depannya terletak pada pemimpinnya. Mahasiswa adalah kunci masa depan bangsa Indonesia. Dunia kampus adalah dapur untuk masa depan Indonesia. Baik buruknya masa depan suatu bangsa, bergantung pada kualitas mahasiswa atau kaum intelektual - yang disebut sebagai calon- calon pemimpin bangsa.
Charles Habib Malik pernah mengatakan : ubahlah universitas maka engkau akan mengubah dunia. Kalimat yang keluar dari mantan Ketua Majelis Umum PBB itu bukan sekedar retorika tetapi fakta sekaligus peringatan bagi kita. Banyak para pejabat atau pemimpin di negeri ini (baik di sekuler maupun rohani) yang terlibat skandal dan hampir semua mereka dulunya adalah mahasiswa. Jadi, jika kita mau mengubah Indonesia maka kita harus mengubah mahasiswanya.
Pelayanan Mahasiswa- dalam hal ini Perkantas, terpanggil untuk melayani mahasiswa agar kelak menjadi alumni yang ahli dibidangnya dan mencintai Tuhan. Karena itu, saya berani mengatakan bahwa pelayanan mahasiswa adalah salah satu harapan Indonesia. Masa depan pelayanan mahasiswa terletak pada pemimpinnya. Panggilan yang mulia sekaligus berat. Bagaimanapun, setiap pemimpin dalam pelayanan mahasiswa menentukan arah, apakah pelayanan mahasiswa mengerjakan visi atau tidak.
Jika mengamati bagaimana penurunan kualitas pelayanan mahasiswa di kota Pekanbaru, maka salah satu penyebabnya adalah karena salah memilih pemimpinnya. Salah karena regenerasi kepemimpinan tidak lagi berpegang kepada konsep Alkitab. Saya akan menyampaikan beberapa fakta yang telah terjadi dan sudah dianggap wajar. Fakta yang pertama adalah hampir semua para ketua (pemimpin) di level fakultas bahkan se-universitas tidak tahu bagaimana mewujudkan visi pelayanan mahasiswa dalam kepemimpinannya. Ibarat seorang nahkoda suatu kapal, yang tahu tujuan kapalnya tetapi tidak tahu arah menuju ke sana. Dengan kata lain, pemimpin yang tidak visioner. Visi yang menghasilkan alumni yang menjadi garam dan terang, sudah menjadi lip service saja dan sebatas kata- kata indah di dalam mengerjakan pelayanan. Visi itu mengubahkan. Jika diamati selama 3-5 tahun ini, tidak ada perubahan berarti dalam pelayanan (bertumbuh ataupun berbuah), malah semakin terpuruk, bahkan didalam diri para pemimpinnya. Pendek kata, tidak mengerjakan visi tetapi mungkin ambisi pribadi. Ini sangat berbahaya, karena salah satu yang membuat visi sulit atau tidak tercapai adalah karena adanya ambisi pribadi dalam diri pemimpin.
Fakta kedua adalah banyak pemimpin tidak memiliki pengaruh. Memimpin adalah mempengaruhi. Jika diamati, banyak ketua- ketua yang tidak bisa mempengaruhi orang- orang yang dipimpinnya untuk bersama- sama mengerjakan visi. Malah sebaliknya, banyak pemimpin disetir oleh yang dipimpin atau yang lebih senior darinya. Sama seperti ketika anda akan pergi dengan naik bus tujuan anda tetapi anda yang menunjukkan jalan kepada supir bus tersebut.  Dengan kata lain pemimpin yang tidak memimpin. Selain karena tidak visioner, setidaknya hal itu terjadi karena para pemimpin tidak menjadi pendoa dan teladan bagi orang- orang yang dipimpinnya. Pengaruh dan kekuatan seorang pemimpin adalah doa dan teladannya. Jika tidak memimpin dengan doa maka pemimpin tersebut sedang memimpin dengan kekuatannya sendiri (mengabaikan Allah) dan jika tidak memimpin dengan memberi teladan, Sen Sendjaya menulis bahwa orang tersebut tidak dapat menjadi pemimpin. Berapa banyak waktu para pemimpin untuk sungguh- sungguh berdoa bagi orang yang dipimpinnya?. Dan yang lebih membuat sedih adalah ketua yang seharusnya bisa memberi teladan dalam mengerjakan pemuridan, malah ada yang tidak serius mengerjakan pemuridannya, bahkan tidak memuridkan. Kita perlu belajar bagaimana Yesus dan Paulus memiliki pengaruh yang besar karena memimpin dengan doa dan teladan.
Fakta yang ketiga adalah memilih pemimpin hanya faktor kompetensi mengabaikan karakternya. Kualitas kepemimpinan meliputi kompetensi dan karakter. Jika memilih dari dua atau tiga calon pemimpin, sering para Tim Regenerasi akan memilih seseorang yang berpengalaman, faktor kedekatan, punya skill (seperti pandai bicara), pengetahuannya luas tetapi mengabaikan apakah orang tersebut memiliki karakter pelayan/hamba, integritas, spiritualitas dan kerendahan hati. Maka tidak heran kita melihat banyak para pemimpin di pelayanan ini memimpin seperti bos, disiplin rohaninya sering bermasalah, integritasnya diragukan, arogan, tidak mau diajar, mengasihi dirinya sendiri. Memilih seorang pemimpin memang tidak memilih seorang yang sempurna tetapi karakternya lebih utama (mutlak) dibandingkan kemampuan dan pengetahuannya. Kecenderungan hati kita jika memilih pemimpin lebih karena faktor kompetensinya (karakter diabaikan) maka kita sedang memilih pemimpin yang pantas menurut kita bukan Allah. Karakter berbicara tentang bagaimana hati seseorang (Ams 4:23). Pemimpin yang berintegritas berbicara tentang karakternya bukan kemampuan dan pengetahuan yang dimilikinya. Pernahkah anda merenungkan secara serius mengapa Allah lebih memilih Daud menjadi raja dibandingkan anak- anak Isa lainnya yang menurut Samuel (bahkan kita) lebih pantas? (1 Sam 16:1-13).
Fakta terakhir yang tidak sesuai dengan konsep Alkitab adalah memaksakan seseorang menjadi pemimpin. Kepemimpinan kristen adalah anugerah yang Allah berikan (Roma 12:8). Artinya menjadi pemimpin adalah karena kasih karunia dan panggilan Allah. Tidak semua orang percaya dipanggil menjadi pemimpin, tetapi semua orang percaya dipanggil menjadi pelayan (Mat 20:26-28). Kita perlu mengubah mindset atau pola pikir bahwa semua orang bisa menjadi pemimpin. Kalau kita memegang prinsip itu maka jangan heran banyak pemimpin karbitan dalam pelayanan mahasiswa, yaitu menjadi pemimpin bukan karena panggilan tetapi terpaksa (dipaksa) dan ambisius. Musa, Yeremia, Nehemia, Paulus, Hudson Taylor, Billy Graham dan yang lain menjadi pemimpin karena panggilan dari Allah.
Kita harus berdoa agar Allah membangkitkan pemimpin- pemimpin dalam pelayanan mahasiswa. Apakah kita pernah berdoa dengan sungguh- sungguh agar Allah menganugerahkan pemimpin dalam pelayanan ini?. Oleh karena itu, saya secara pribadi kurang setuju dengan bahasa transfer visi. Banyak yang salah mengaplikasikan transfer visi ini dan menurut saya istilah transfer visi kurang Alkitabiah. Visi hanya berasal dari Allah, hanya Dia yang boleh dan bisa menaruhkan visi itu kepada setiap pribadi yang diinginkan-Nya. Kecenderungan kita ketika transfer visi adalah berlagak seperti Tuhan yang bisa membuat seseorang menghidupi visi tersebut. Parahnya, orang yang transfer visi tidak lagi mengerjakannya, seakan- akan visi itu sudah menjadi bagian orang lain– persis seperti transfer uang, dimana uang yang mentransfer berkurang tetapi yang ditransfer bertambah. Saya lebih setuju dengan istilah Erick Sudharma yaitu share visi yaitu membagikan visi (lebih melalui teladan hidup dan doa) dengan terus mengerjakannya.
Ketika kita memaksakan seseorang menjadi pemimpin, kita seperti sedang menyuruh anak SD belajar di SMA, sehingga orang tersebut tidak maksimal dan menikmati kepemimpinannya. Kenyataan yang lebih mengerikan adalah posisi pemimpin dalam pelayanan sudah dipolitisasi demi kepentingan tertentu. Seseorang yang Tuhan berikan visi dan karunia memimpin, orang tersebut akan memahami apa yang Tuhan inginkan dan akan mengerjakannya apapun resiko yang diterima dan didalam anugerah-Nya, buahnya akan nyata dalam pelayanan dan hidupnya.
Ketika kita salah memilih memimpin, maka pelayanan ini sedang keluar dari jalurnya. Kita harus semakin menghayati bahwa pelayanan mahasiswa adalah milik Allah. Maka, seharusnya tidak ada ruang sedikitpun dalam hati kita, kepentingan pribadi dan mengandalkan kekuatan sendiri tetapi bergantung penuh kepada-Nya. Dia yang memulai maka Dia juga yang akan memelihara pelayanan ini, termasuk membangkitkan pemimpin- pemimpin yang mengerjakan visi PM demi kemuliaan-Nya.

Soli Deo Gloria

--oo0oo--

Komentar