PELAYANAN DENGAN (TANPA) SPIRITUALITAS



Apa yang membuat seseorang menjadi rohani? Atau apa yang membuat seseorang menjadi lebih kudus?. Pernahkah anda merenungkan dua pertanyaan diatas?. Jika kita yang terlibat dalam pelayanan, pertanyaan diatas penting untuk mengevaluasi pelayanan yang kita kerjakan. Kita melayani tidak serta merta kita menjadi lebih kudus dibandingkan orang yang tidak melayani. Yang membuat kita menjadi manusia rohani bukan karena kita terlibat dalam pelayanan. Melayani memang penting dan harus menjadi bagian dalam hidup kita sebagai orang yang telah ditebus- Nya (2 Kor 5:15 dan Roma 6:11). Namun sering kita terjebak dalam kondisi yang salah yaitu jika kita melayani-Nya kita sudah menyenangkan hati Allah.
Jika kita memberikan waktu untuk membaca kisah hidup raksasa iman Kristen yang dipakai Tuhan mempengaruhi gereja dan dunia, maka kita akan mendapati kesimpulan bahwa mereka bukanlah orang yang sangat sibuk atau terlalu sibuk dalam pelayanannya tetapi orang yang telah memberikan banyak waktu sendiri bersama Tuhan. Dengan kata lain para teladan iman Kristen yang saleh tersebut adalah mereka yang memiliki spiritualitas yang dalam dengan Allah. Tentu saja spiritualitas mereka terintegrasi dan selaras dengan kehidupan pribadi termasuk pelayanan mereka. Martin Luther pernah mengatakan : “Urusan saya begitu banyak (pelayanan) sehingga setiap hari saya harus berdoa selama tiga jam”. Billy Graham, penginjil terkenal dengan “kesibukannya” melakukan KKR memiliki teladan seperti yang dikatakan oleh seorang sahabatnya : “Billy Graham mengutamakan pendalaman Alkitab, yang merupakan landasan utama bagi keyakinan dan tindakannya, melebihi hal-hal lainnya”. Pelayanan Martin Luther dan Billy Graham dipakai Tuhan dengan luar biasa dan mereka hidup saleh bukan karena telah melakukan banyak pelayanan tetapi karena mereka dekat dengan Allah melalui pendalaman Alkitab dan doa.
Hal ini sangat paradoks dengan anggapan atau asumsi banyak orang (mungkin termasuk kita), bahwa semakin banyak pelayanan yang kita kerjakan semakin dekat kita dengan Tuhan. Kita merasa menjadi orang yang rohani. Rasul Petrus memberikan nasihat kepada kita dalam 2 Pet 3:18a, Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Dalam suratnya, jelas sekali Petrus mendorong kita untuk bertumbuh dalam kasih karunia dan pengenalan akan Tuhan bukan karena melayani. Mengapa? karena melayani adalah buah dari kasih karunia Allah dan pengenalan kita akan Allah. Penulis Kristen A.W Tozer menjelaskan alasannya dengan sangat baik. Dia berkata, “Persekutuan dengan Allah (pengenalan akan Allah) akan mengarahkan kita untuk menjadi patuh, untuk melakukan pelayanan atau perbuatan baik lainnya. Begitulah urutannya. Urutan itu tidak dapat dibalik”.
Dalam Hosea 6:6, Allah menegur bangsa Israel yang pada saat itu tidak berlaku setia kepada- Nya, Allah berkata : Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran. Dari Firman Tuhan ini, jelas sekali bahwa Allah lebih menginginkan persekutuan pribadi kita dengan- Nya daripada apa yang kita lakukan bagi- Nya, termasuk melayani.
Kita tidak akan bisa melayani Allah dengan benar jika spiritualitas kita tidak baik. Tujuan melayani yaitu memuliakan Allah. Tujuan itu tidak mungkin terjadi jika persekutuan pribadi kita dengan Allah dangkal. Itu adalah pelayanan yang penuh dengan kepalsuan dan memuliakan diri sendiri. Dalam bukunya, Donald S. Whitney mengatakan : “Mereka yang melakukan pelayanan tanpa secara teratur beribadah (baik pribadi dan bersama- sama) pasti melakukan pelayanannya didalam kedagingan. Tidak jadi persoalan, berapa lama mereka sudah melayani atau seberapa baik nampaknya pelayanan mereka”.
Apakah kita orang yang sangat sibuk dalam pelayanan? Apakah pelayanan yang kita kerjakan membuat kita tidak bisa lagi teratur dan menikmati persekutuan pribadi dengan- Nya?. Jika demikian, maka kita sedang melayani kedagingan kita bukan Allah. Sehingga, tidak heran banyak pelayan yang tidak bertumbuh atau masih hidup dalam kubang dosa. Apapun pelayanan kita dan siapapun kita dalam pelayanan, maka kita tidak boleh gagal memiliki waktu sendiri dengan Allah. Tentu saja spiritualitas yang Tuhan kehendaki bukan sebatas rutinitas tetapi spiritualitas yang menyatu dengan seluruh aspek hidup kita. Terakhir, Billy Graham mempunyai nasihat untuk kita, dia berkata :
Sangatlah mudah untuk menjadi sangat sibuk dalam pelayanan sampai kita gagal meluangkan waktu untuk bersama dengan Allah di dalam doa dan pendalaman Alkitab – hal yang jauh lebih penting dari segala hal yang lainnya.
                                                  
Tuhan memberkati.

Komentar