Saya tergelitik untuk
menulis tulisan ini setelah mendengar berita di Top Ten News Metro TV (edisi 1
Agustus 2013). Kurang lebih isi beritanya mengatakan bahwa 125 liang lahat
secara khusus disiapkan untuk korban kecelakaan mudik di Jakarta!. Kita semua
tahu bahwa setiap kali ritual mudik selalu ada korban meninggal akibat
kecelakaan. Tragisnya, setiap tahun korban yang meninggal selalu meningkat
setiap tahunnya. Jika kondisinya begitu akut, apakah menyiapkan liang lahat
solusi terbaik menjawab kisruh tahunan tersebut?.
Dalam hal ini kita patut
mempertanyakan kinerja dinas PU baik pusat maupun daerah. Terlepas dari
kelalaian pengguna kendaraan, mengapa jalan- jalan rusak yang digunakan untuk
jalur mudik belum juga kelar? Mengapa hanya ketika menjelang mudik saja dinas
PU baru memulai pekerjaan untuk memperbaiki jalan?. Alasannya selalu klasik dan
klise yaitu birokrasi proyek/tender. Apakah keputusan menyiapkan kuburan merupakan
ekspresi keputusasaan pemerintah? ataukah pemerintah ingin cuci tangan dan lari
dari tanggung jawabnya mengurusi hajat orang banyak?. Sungguh memprihatikan melihat
jalur pantura yang sudah lama direncanakan belum juga usai dan bisa dinikmati.
Sehingga tidak mengherankan jika banyak yang menilai jalur pantura merupakan
proyek abadi dinas PU. Sebenarnya masih banyak lagi proyek- proyek dinas PU (jalan raya) yang sampai sekarang belum rampung baik pengerjaan ataupun
perbaikannya.
Jika kondisinya seperti ini wajar
saja timbul kecurigaan terhadap penyalahgunaan APBN kementerian PU, mengingat tahun
ini adalah tahun politik. Dengan kemungkinan seperti ini, kita berharap BPK
segera mengaudit kementerian PU. Semoga pemerintah sadar bahwa menyiapkan liang
lahat bukanlah solusi menekan angka kematian kecelakaan saat mudik. Sarana yang
baik juga mendukung proses mudik berjalan dengan baik. Jika masalahnya adalah
pengguna kendaraan, sebaiknya polisi harus kerja keras dan tegas terhadap
pengguna kendaraan yang melanggar aturan lalu lintas saat mudik.
Salam.
Komentar
Posting Komentar