Siapa yang tidak kenal dengan sosok Hary Tanoe?
Muda, kaya dan terkenal. Sosok baru dalam dunia politik ini merupakan bos media
MNC grup. Sejak terjun ke dunia politik, Hary Tanoe rajin memproklamasikan
dirinya lewat media- media yang dikuasainya. Dengan kekayaan yang dimilikinya
sangat mudah baginya “memilih” parpol untuk menancapkan superioritasnya di
dunia politik. Setelah berselisih dengan Surya Paloh di Nasdem, Hary Tanoe
memutuskan Hanura sebagai kendaraan politiknya bersama Wiranto.
Tidak
lama bergabung dengan Hanura, Hary Tanoe melakukan gebrakan besar- besaran. Selain
menjadi ketua dewan pertimbangan, posisi strategis di partai Hanura yaitu ketua
badan pelaksana pemenangan pemilu yang sebelumnya ditempati Yuddy Chrisnandi
kini berada ditangannya. Kekayaan yang melimpah dan tiga televisi swasta yang
dimiliki Hary Tanoe adalah keuntungan bagi Wiranto dan Hanura menjelang pemilu
2014. Tentu “harga” tersebut sebanding dengan apa yang diiinginkan Hary Tanoe. Sejak
Hary Tanoe bergabung dengan Hanura, elektabilitas partai dan Wiranto meningkat.
Hasil survei LSI, sebelum Hary Tanoe masuk, elektabilitas Hanura hanya 5,8% dan
sekarang 6,9% (sumber : vivanews.co.id, 17 Juli 2013). Keuntungan bagi Hary
Tanoe dengan memberikan sebagian kekayaannya tentu adalah dirinya semakin
terkenal di dunia perpolitikan. Sampai disitu gebrakan Hary Tanoe? Tidak, itu
barulah permulaan gebrakannya.
Bila
kita cermati, sepertinya ada keuntungan simbiosis antara Hanura dan Hary Tanoe.
Hary Tanoe terus dimanfaatkan Hanura untuk meningkatkan elektabilitas partai
lewat iklan- iklan politik di televisi- televisi yang dimiliki MNC grup. Imbalan
yang diterima pengusaha muda tersebut adalah posisi cawapres partai Hanura
berpasangan dengan Wiranto sebagai capres. Deklarasi yang terlalu dini dan
dinilai banyak politisi Hanura tidak sesuai mekanisme partai. Sosok Wiranto
yang “dingin” dan malu jika diberitakan tentang pencapresannya, sepertinya didesak
oleh kontrak politik Hary Tanoe.
Sadar
tidak cukup sebagai cawapres Hanura, Hary Tanoe kembali melakukan gerakan bawah
tanah supaya dipilih oleh masyarakat pada pemilu mendatang. Hary Tanoe dengan
organisasi sosialnya yaitu Perindo banyak melakukan aksi sosial bagi kaum
miskin di negeri ini. Kita bisa melihat beberapa iklan televisi di MNC grup yang
sering menampilkan aksi sinterklas Hary Tanoe. Belum selesai sampai disitu, Hary
Tanoe dengan MNC grupnya menarik simpati para pencinta sepak bola di tanah air.
Kedatangan Belanda dan Arsenal (mungkin juga Chelsea dan Liverpool) ke Indonesia
juga bermuatan politik. Salah satu televisi yang dimilikinya menjadi promotor untuk
menyiarkan siaran sepakbola secara live kepada para penggemar sepakbola. Kehadirannya
di stadion GBK sangat kuat mengindikasikan untuk memantapkan dirinya di kancah
politik menjelang pemilu. Selama pemilu belum mulai, Hary Tanoe pasti akan
terus menggunakan kekayaannya untuk terus menarik perhatian masyarakat
Indonesia dan tentunya menguntungkan Hanura dan Wiranto sendiri.
Sah- sah saja Hary Tanoe ataupun
politisi lainnya mempercantik diri di tahun politik ini. Semoga masyarakat
Indonesia tidak salah mengenali bacaleg/calon presiden yang ada sehingga pilihan
yang diambil tepat untuk kemajuan bangsa Indonesia.
Salam perubahan.
Komentar
Posting Komentar