Bagaimana tanggapan kita jika seorang sahabat atau saudara yang
kita kenal adalah seorang yang baik dan religius, pada suatu saat melakukan
tindakan yang tidak baik seperti mencuri?. Secara emosional, pasti kita tidak
percaya dan berusaha mencari fakta bahwa sesungguhnya sahabat atau saudara kita
tersebut tidak mencuri. Gambaran diatas mungkin tepat untuk mengambarkan
kondisi PKS saat ini. Setelah Luthfi Hasan
Ishaaq (LHI) dinyatakan tersangka oleh KPK, teman- teman
seperjuangannya di PKS berusaha melawan KPK dengan menyatakan ada konspirasi
politik terhadap PKS. Hal ini dengan gamblang dikatakan oleh Presiden PKS yang
baru yaitu Anis Matta (Kompas, 1 Februari 2013). Sah- sah saja teman- teman LHI
di PKS membelanya, namun alangkah bijaknya jangan sampai mereka menghilangkan
fakta yang sebenarnya. Kenyataan LHI sebagai tersangka, KPK jelas mempunyai
bukti kuat untuk menjadikannya sebagai tersangka kasus impor daging bukan
sekedar perkiraan (Kompas, 31 Januari 2013 | 19:52
WIB ).
Sebagai partai yang berlandaskan
agama tidak sepatutnya PKS membela diri bahkan balik menyerang KPK. Seharusnya
ini menjadi pelajaran penting dan berharga bagi kader- kader lainnya untuk
waspada dan harus on the track dalam
mengerjakan tanggung jawab sebagai pejabat publik demi kepentingan masyarakat
bukan kepentingan pribadi atau partai. Jika kita perhatikan moral pejabat di
Indonesia sudah sangat rusak. Lebih parahnya lagi, sudah korupsi tidak mengaku
sudah bersalah (Kompas, 30 Januari 2013 | 23:47 WIB). Masih ingat ketika Andi Mallarangeng menjadi tersangka
kasus hambalang, dengan cukup “ksatria” mengundurkan diri menjadi Menpora
tetapi tidak ksatria mengaku korupsi kasus hambalang. Setali tiga uang dengan
Andi Mallarangeng (AM), Luthfi Hasan
Ishaaq juga mengundurkan diri menjadi presiden PKS namun tidak
mengaku bersalah dalam kasus impor daging. Atau kasus nikah siri Bupati Aceng
Fikri yang sangat jelas melanggar sumpah jabatan malah balik menggugat MA.
Sungguh terlalu ! (Versi Bang Rhoma).
Sikap malu sangat tepat untuk kita lakukan apalagi jika kita
bersalah dan merugikan orang lain. Namun, mengapa para petinggi negeri ini yang
sudah jelas bersalah sangat sulit berkata jujur dan mengaku salah?. Jangan-
jangan mundurnya LHI ataupun AM dari Menpora dan Presiden PKS adalah untuk
menjaga citra partai yang mereka tumpangi sebagai pejabat publik?. Alamak !!, apa
gunanya PEMILU dan PILKADA jika calon- calon pejabat negeri ini hanya untuk
kepentingan partai dan pribadi.
Banyak yang memprediksi tahun 2013 ini adalah tahun
mengumpulkan modal untuk kampanye partai politik. Semoga para penegak hukum
bisa lebih jeli lagi melihat praktek- praktek kongkalikong partai politik
menjelang PEMILU 2014 dan tidak segan- segan untuk membrantas para koruptor
kelas kakap di negeri ini.
Salam
Indonesia !
Komentar
Posting Komentar