Hari ini kami
bangga dengan negara ini, sekalipun kami hanyalah debu dan tanah.
Kami disanjung
dan dirayakan walaupun kami sudah tiada.
Irama yang indah
menemani tidur, menyanyikan keagungan kisah dan dongeng kami.
Hingga membuat
kami kembali menangis dan terharu.
Hari ini negeri
ini tidak lagi dihujani peluru dan bom.
Hidup yang
hampir tidak pernah kami nikmati selama di bumi ini.
Darah kami bergeming
dan diam seribu bahasa.
Ya, kami iri dengan
mereka yang menikmati keringat darah kami.
Hari ini kami
tersadar dari tidur yang panjang.
Mereka menyebut
nama kami dengan suara emas dan merdu.
Nama kami
ditulis di batu nisan yang sangat indah.
Kami terharu dengan
jasa mereka, tetapi darah dan daging kami tetap memberontak.
Hari ini dan
entah sampai kapan, perjuangan kami hanya selalu untuk dikenang.
Kami tersenyum
sinis, sejarah kami menjadi dongeng bagi negeri ini.
Ya, darah ini
tidak bisa menyembunyikan kegalauan yang terus menusuk tulang kami.
Darah kami keluar
mengalir dan merasuki tanah air ini.
Hari ini darah
kami tetap bercucuran air mata, sampai kapan?
Sejarah kami ditulis
dan diperdengarkan kepada cucu- cucu ibu pertiwi.
Tidak ada yang
abadi di dunia ini, hanya perubahan yang kekal.
Ibu pertiwi
terus menangis meraung- raung meratapi tanah air, keabadian yang tidak kekal.
Hari ini, lagi
dan lagi bangsa ini menjadi amnesia dan berdusta.
Mereka bangga merayakan
cerita masa lalu kami, tetapi lupa dengan utang mereka.
Darah kami menagih
utang, meminta janji untuk meneruskan perjuangan kemerdekaan.
Dunia ini memang
fana, tapi lebih fana bila gelas perjuangan “lupa” untuk diisi .
----oOo----
Komentar
Posting Komentar